Sejatinya minggu ini adalah minggu ke-VI namun minggu lalu bertepatan dengan wisuda sehingga pihak kampus meliburkan semua perkuliahan di hari sabtu. Ada alternatif untuk pindah sementara ke gedung Tempo namun akan sulit karena mungkin ruang kelas yang terbatas sehingga diputuskan untuk diliburkan.
Saya berangkat lebih awal dari biasanya karena minggu ini, pak F yang mengisi kuliah di jam pertama sedangkan beliau sebelumnya sudah membuat komitmen bahwa mahasiswa yang telat maksimal setengah jam, sudah tidak diperkenankan masuk ke ruang kuliah.
Saya tiba di kampus jam tujuh kurang lima. Tiba di kelas, hanya ada beberapa teman mahasiswi yang sedang bergerombol bercerita, entah apa. Saya memutuskan mengajak salah satu kawan dari Flores ke kantin untuk ngopi bareng. Berhubung dia juga belum sarapan sehingga menerima ajakanku. Saya membeli kopi instan dan dia membeli kopi hitam dan beberapa jajanan, belum sarapan, katanya.
Kami hanya sekitar 5 menit duduk di kantin kemudian kembali ke kelas. Pak F sudah di dalam kelas namun baru menyiapkan bahan presentasi. Saya memilih duduk di sisi kanan baris ketiga yang menurutku ideal untuk menyimak kuliah.
Pak F memulai kuliahnya seperti biasanya. Dia mengkombinasikan teori dengan pengalamannya selama menjadi Diplomat. Maklum dia lama bergelut di dunia praktisi diplomasi.
Pelajaran dari pak F adalah bagaimana kita mengartikan sebuah relasi. Dia menceritakan bahwa setiap bertemu dengan orang baru dan bertukar kartu nama maka dia akan menulis di belakang kartu nama tempat dan tanggal mereka pertama kali bertemu. Cara ini diadaptasi oleh pak F dari seorang kenalannya orang Jepang. Pak F menyelesaikan kuliahnya tepat setengah 10.
Kuliah berikutnya dipindahkan ke Aula Nurcholis Madjid karena ada kuliah umum tentang Tambang Nikel yang dibawakan oleh praktisi.
Saya mengikuti kuliah umum tersebut dengan banyak pertentangan. Bagaimana tidak, semua pemateri membawakan materi dengan mengunggulkan investasi di bidang tambang khususnya Nikel tanpa berani mengeksplorasi lebih jauh terkait dampak negatif.
Bahkan salah satu pemateri yang membuatku mual ketika dia meremehkan aksi protes. Katanya salah satu hambatan di daerah tambang karena adanya demo dari kalangan LSM dan masyarakat dan menurutnya demo tersebut terjadi karena mereka belum dapat jatah makan. luar biasa pernyataan yang sangat melecehkan.
Kuliah tersebut juga seakan-akan mencoba untuk menarasikan bahwa investasi dari Cina itu baik dari semua sisi. Bahkan mereka mencoba untuk melunakkan hati audiens bahwa para pekerja dari Cina sebenarnya tidak terlalu banyak. Si ibu pemateri yang melecehkan gerakan protes juga mencoba untuk menyakinkan kita bahwa kehidupan pekerja TKA Cina di tambang nikel Morowali lebih menyedihkan karena mereka tidak mendapatkan libur sedangkan tenaga kerja Indonesia masih dapat libur, ilustrasi yang memuakkan.
Kuliah umum selesai jam 12. Kuliah ketiga yang seharusnya dilaksanakan jam 1, ternyata batal karena dosennya mendapat musibah. isterinya tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit.
26 Oktober 2019