Thursday, August 15, 2024

Revolusi Harapan

Erich Fromm menulis buku ini dengan intensi untuk menemukan solusi atas keadaan Amerika Serikat sekitar tahun 1968.  Solusi yang dia maksudkan merupakan refleksi dari bantuan akal dan kecintaan manusia terhadap kehidupan, bukan didasarkan pada irasionalitas serta kebencian.

Erich memplesetkan kalimat Marx yang sangat terkenal dengan mengatakan bahwa hantu menguntit kita yang merupakan hantu baru yaitu masyarakat yang termekanisasi secara lengkap, tunduk pada output materi dan konsumsi maksimal, diarahkan oleh komputer.

Saat ini, umat manusia tidak lagi memiliki tujuan kecuali memproduksi dan mengkonsumsi lebih dan lebih lagi. Ini kenyataan yang tidak bisa disangkal karena semua energi kita dihabiskan untuk mencapai tujuan menjadi produsen dan konsumen. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pun semata untuk mendukung produksi dan konsumsi yang maksimal. Indikator paling jelas adalah kemajuan sebuah negara diukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Umat manusia dianggap telah sampai pada titik yang luar biasa dengan memenangi pertarungan kehidupan tetapi pada akhirnya, manusia menjadi tawanan bagi ciptaannya sendiri dan berada dalam mara bahaya yang menghancurkan diri sendiri. Tidak sulit untuk mengedepankan contoh pada kasus ini. Lihatlah bagaimana manusia modern terperangkap dalam penjara gadget yang mengurung kebebasan mereka.

Demikianlah Erich mengatakan bahwa jika teknologi diizinkan untuk mengikuti logikanya sendiri, maka ia akan tumbuh seperti kanker, akhirnya mengancam sistem terstruktur kehidupan individu dan sosial.

Sekarang, manusia tidak lagi tertarik terhadap ide abstrak termasuk ide dan konsep yang reflektif. Erich menganggap bahwa ideologi telah kehilangan sifat menariknya. klise konvensional semacam kanan, kiri, kapitalisme, komunisme, sudah tidak lagi menjadi hal pokok dalam setiap diskusi karena telah kehilangan maknanya.

Erich mengajukan pertanyaan retoris, apakah berharap itu? 

Berharap adalah state of being. Harapan adalah unsur instrink bagi struktur kehidupan bagi dinamika jiwa manusia. Unsur lain yang terkait dengan harapan adalah keberanian.

Ada dua hal penting mengenai tidak takut. Pertama, seorang bisa tidak punya rasa takut karena ia tidak peduli pada hidup. Kedua, perasaan tidak takut ditemukan dalam diri orang yang telah berkembang secara penuh yang telah ada ketenangan dalam dirinya dan telah mencintai kehidupan. Orang yang telah mengatasi kserakahan tidak terikat pada berhala apa pun atau sesuatu apa pun sehingga dia tidak akan kehilangan apa pun.

Setiap waktu kita bertumbuh. Setiap tindakan mencintai, mawas diri, kasih sayang merupakan kebangkitan kembali. Setiap tindakan malas, serakah, dan mementingkan diri sendiri merupakan kematian.

Perilaku manusia dalam masyarakat masa kini, kebutuhan manusia akan kepastian. Faktanya manusia lebih baik membuat keputusan yang "salah" tetapi yakin atasnya daripada keputusan yang "benar" tetapi kemudian tersiksa oleh keraguan atas keabsahannya.

Kategori kategori pikiran dalam era industrial adalah kuantifikasi, abstraksi, dan perbandingan, keuntungan dan kerugian, efisiensi dan inefisiensi.

Setiap orang membawa dalam dirinya seluruh kemanusiaan; bahwa dalam diri kita masing-masing, kita adalah Santo dan kriminal. Tidak ada manusia yang membawa kebenaran absolut jadi jangan sesekali merasa paling benar karena hakikatnya, manusia selalu berada dalam dua kepribadian, hitam dan putih.

Pengalaman manusia lain adalah tanggung jawab. Sudah sejak lama tanggung jawab kehilangan maknanya karena diasosiasikan dengan kewajiban. Padahal, kewajiban merupakan konsep dalam ranah ketidakbebasan sedangkan tanggung jawab adalah konsep wilayah kebebasan. Perbedaannya berkaitan dengan perbedaan antara nurani otoritarian dan humanistik.

Terkait pendidikan, bagaimana pendidikan kita bisa meningkatkan kapasitas para siswa dalam berpikir kritis, alih-alih membuatnya menjadi konsumen informasi. Maka dalam setiap dialog yang membuahkan hasil, masing-masing peserta harus menolong peserta lain memperjalas pikirannya, alih-alih memaksakan mempertahankan perumusan tentang apa yang ia sendiri mungkin ragu atasnya.

Ketika aku mencintai seseorang, aku tidak hanya mencintai orang itu saja tetapi mencintai kemanusiaan itu sendiri. Ini mungkin relevan dengan ajaran Islam yang mengajak manusia mencintai manusia lain sebagai ciptaan Allah.

Pertanyaan selanjutnya bahwa kenapa setelah memilih apa yang bisa diinginkan, kita tidak bisa bahagia, kesepian dan gelisah.

Revolusi Harapan

Erich Fromm menulis buku ini dengan intensi untuk menemukan solusi atas keadaan Amerika Serikat sekitar tahun 1968.  Solusi yang dia maksudk...