Monday, April 6, 2020

Filsafat Ilmu Pengetahuan

Filsafat ilmu Pengetahuan adalah suatu kajian Filsafat mengenai dasar-dasar Ilmu Pengetahuan sebagai ranah kajian. pengetahuan berbeda dari informasi dan data. sekalipun data merupakan unit dasar dari pengetahuan. memiliki data belum tentu memiliki pengetahuan. ketika kita berhasil membangun antar data maka kita peroleh informasi, misalnya ada objek X (suatu data) dan objek X berelasi dengan Y di lokasi Z, itu disebut informasi. Informasi adalah keterhubungan antar data atau himpunan data-data yang berelasi. memiliki informasi saja belum tentu memiliki pengetahuan. untuk memperoleh pengetahuan, kita harus memperoleh informasi itu dengan membangun penjelasan tentangnya. informasi apa yang menjadi dasar dari informasi yang mana. itulah kemudian menjadi dasar untuk menjelaskan gejala yang ada. dari situ kita bicara pengetahuan. ketika pengetahuan telah berhasil diolah lebih lanjut dengan melihat keterkaitan dengan pengetahuan yang lain dan didasarkan pada fakta dan dibangun oleh suatu teori yang tervalidasi oleh fakta maka kita bicara ilmu pengetahuan. ada suatu hirearki antara data, informasi, pengetahuan dan ilmu pengetahuan. tahu tentang X belum berarti memiliki sains tentang X. kalau kajian filosif tentang pengetahuan itu disebut Epistemologi maka kajian filosofis tentang Ilmu pengetahuan disebut filsafat Ilmu pengetahuan.

Sains atau ilmu pengetahuan merupakan produk sejarah yang tidak terlalu lama. Sains muncul pertama kali akhir masa renaisans yaitu ketika pengaruh filsafat dokmatik abad pertengahan sudah luntur dan usaha untuk mencari tahu kenyataan di sekitar kita berdasarkan observasi Empiris sedang naik daun. berbeda dengan pengetahuan yang dikonsolidasikan dari zaman klasik Yunani sampai abad Pertengahan, Ilmu pengetahuan pada era renaisans dan awal modern memilik ciri unik. sebagai istilah tentang tentu saja Sains sudah dikenal jauh sebelum masa Renaisans. pada masa Yunani kuno dan abad pertengahan, bentuk-bentuk yang menyerupai Sains biasanya dipraktekkan dalam bentuk spekulatif. spekulatif di sini dalam arti penalaran kita atas Alam dilakukan sepenuhnya secara rasional, teoritis dan tidak mendasarkan diri pada fakta-fakta yang disediakan oleh observasi atau penyerapan indrawi kita terhadap alam. argumen lebih diutamakan daripada data Empiris karena hal ini didasari oleh pandangan/asumsi metafisis bahwa dibalik segala macam yang selalu bergerak, ada sesuatu yang tetap dan pencerapan terhadap alam semesata yag berubah-ubah tidak akan membawa kita kemana-mana kecuali kita mendasarinya pada intuisi rasional tentang alam yang tidak berubah yaitu alam kodrat. pengetahuan yang dihargai masa Yunani kuno dan abad Pertengahan yaitu pengetahuan yang sifatnya teoritis. 

Hal ini berubah sekitar akhir abad 16 yakni ketika Ilmuwan alam masa itu mulai menggali data dari pengalaman indrawi, data Empiris melalui percobaan. eksperimen Galileo Galilei misalnya, dia melakukan sebuah eksperimen naik ke menara Piza dan menjatuhkan dua objek yang massanya berbeda. yang satu lebih berat dari lain. hasilnya mencengangkan semua orang yang ada di tempat itu. dua benda yang massa berbeda, jatuh pada waktu yang sama. temuan ini bersifat kontraintuitif karena dari intuisi sehari-hari banyak orang, benda yang beratnya lebih besar tentunya jatuh lebih cepat. eksperimen Galilei itu membuktikan intuisi orang banyak salah.

Di sini kita melihat kekhasan Sains. tidak dibangun atas intuisi rasional semata tetapi dikonfirmasi secara Empiris di lapangan. jika teori menyatakan A sementara temuan Empiris menyatakan B maka teori yang direvisi sehingga bisa menjelaskan mengapa temuan Empiris menyatakan B bukan sebaliknya. tetapi tidak semua Ilmu pengetahuan bercorak Empiris ada juga Ilmu pengetahuan seperti matematika yang sama sekali tidak memiliki dasar pada gejala Empiris alam di sekitar kita. Ilmu seperti matematika tidak bisa selalu dituntut memiliki bukti pada ranah Empiris. sifat non-Empiris matematika inilah yang membuatnya digolongkan dalam rumpun Ilmu formal. logika adalah juga bagian dari rumpun tersebut, dia bersifat formal seperti matematika.

Pada abad 20, rumpun Ilmu formal dan yang sifatnya Empiris dipersatukan oleh apa yang dikenal sebagai pendekatan Positivisme logis. Positivime adalah suatu gerakan pemikiran yang muncul pada pemikiran Auguste Comte abad 19 yang menolak segala bentuk spekulasi teoritis yang tidak didasari oleh bukti-bukti Empiris. orang seperti Auguste comte mencetuskan reformasi Ilmu pengetahuan sehingga semua bisa dibasiskan pada kaidah-kaidah Ilmu alam. Positivisme logis tidak didasari oleh pemikiran Postivistik Auguste comte berbeda dari anggapan orang selama ini. ia berangkat dari Positivisme yg muncul di akhir abad 19 awal abad 20 yaitu pemikiran Ernest Mach.

Ernest Mach mencetuskan Postivisme modern yang tidak lagi dibasiskan pada asumsi2 auguste comte. menurut Mach, sesuatu ilmiah sejauh sesuatu itu memiliki dasar pada pembuktian Empiris yang sifatnya langsung bisa diobservasi. Positivisme Mach bukan soal bagaimana masyarakat dikelolah secara ilmiah seperti dalam bayangan Comte. Postivisme Mach adalah bagaimana status ilmiah dari suatu teori bisa dijamin. Mach menunjukkan bahwa segala klaim Ilmu tentang entitas teoritis seperti elektron harus bisa dibasiskan pada klaim yang sifatnya teramati. kalau klaim tentang entitas teoritis tidak bisa dibasiskan pada pernyataan yang merujuk pada gejala yang teramati maka klaim itu dinyatakan tidak berlaku. selain Positisme Mach, Positivisme logis juga menimba inspirasi dari Ilmu logika modern yang muncul pada peralihan abad 20. berasal dari karya Gottlob Frege yang menunjukkan logika Aristotalian yg dipejari selama berabad-abad tidak memadai untuk merumuskan perkembangan Ilmu terkini. perhatian Frege pada matematika yaitu bagaimana matematika bisa dirumuskan secara ketat, rapi dan deduktif. dengan memadukan pemikiran Positisme Mach dan tradisi logika modern Frege kemudian seperti rudolf Carnap mencetuskan konsepsi baru tentang Sains. Carnap salah seorang tokoh penting dalam gerakan Positivisme Logis atau dikenal sebagai Lingkaran Wina.

Lingkaran Wina adalah bagian dari suatu kelompok intektual yang muncul di Austria sekitar dekade 1920an 30an yang percaya bahwa semua Ilmu pengetahuan pada dasarnya satu dan bisa disatukan dan dikenal sebagai Sains terpadu (Unified Science). dalam Lingkaran Wina terdapat dua konsep terkait Sains terpadu. pertama konsep yang diusulkan Otto Neurath. Otto percaya bahwa semua bahasa ilmu bisa disatukan. Sains terpadu pada dasrnya adalah Sains dengan bahasa yang terpadu. dengan demikian dalam pandangan Otto Neura Sains tetap ada banyak, Fisika, Biologi, Ilmu Sosial dst. yang membuat terpadu adalah bahasanya. suatu pernyataan sosiologi bisa dirumuskan ulang dalam bahasa kimia. pernyataan kimia bisa dirumuskan ulang dalam bahasa fisika, dst.

berbeda dengan itu, ada pula 1 konsepsi  tentang sains terpadu yang lebih keras sifatnya yang berasal dari rudolf. dia percaya bahwa sains terpadu bukan hanya tentang penyatuan suatu bahasa tetapi lebih jauh lagi adalah penyatuan ilmu itu sendiri. bagai carnap, hanya ada 1 ilmu di dunia yaitu fisika. semua Ilmu lain bisa dirumuskan ke dalam Fisika. dengan demikian yang dipersatukan bukan hanya bahasa tetapi juga Ilmu dengan kata lain kenyataan. hanya ada satu kenyataan yaitu kenyataan Fisika yang kemudian tercermin dalan berbagai tingkat dalam realitas Biologi, Kimia Manusia dst. visi tentang Sains terpadu diwujudkan dalam teori tentang reduksi ilmu-ilmu ke dalam ilmu dasar yaitu ilmu Fisika. dalam teorinya, pernyataan ilmu-ilmu seperti misalnya Ekonomi atau Antropologis bisa direduksi kedalam pernyataan-pernyataan Fisika. reduksi ini dilakukan dengan membahasakan ulang pernyataan ulang dari ilmu-ilmu sosial ke dalam pernyataan-pernyataan yang sifatnya formal. pernyataan formal itulah yang dirumuskan ulang menjadi pernyataan tentang ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu dasar seperti misalnya Fisika. di situ dia menggunakan segala macam aparatus logika modern yang ditemukan Frege yang dikembangkan Bertrand Russell.

Pada akhirnya pernyataan Fisika pun sebagai pernyataan paling dasar direduksi ke dalam suatu yang disebut kalimat observasional atau kalimat Protokol (Protocol Sentence). Protocol Sentence ini adalah suatu sederhana pernyataan sederhana yang menyatakan bahwa objek X teramati si subjek Y pada waktu dan tempat Z dst. seluruh kalimat dalam Ilmu pengetahuan menurut Carnap harus bisa direduksi sejenis itu. bagaimana dengan pernyataan Sains yang tidak bisa direduksi ke dalam Fisis sepert itu, misalnya pernyataan puisi atau kondisi psikologis manusia. bagaimana jika tidak bisa dirumuskan dalam bahasa Fisika. Carnap menyimpulkan bahwa pernyataan/kalimat yang tidak bisa dirumuskan ke dalam Fisika merupakan Pseudo statement. pernyataan semua Pseudo statement kemudian dia kelompok dalam rumpun Metafisika, artinya segala macam yang tidak saintifik/ilmiah itu dikelompokkan kesana. tugas filsat Ilmu menutur Carnap adalah membangun demarkasi antara Sains dengan Metafisika. apa yang Metafisis tidak diizinkan masuk ke dalam ranah ilmu-ilmu. dalam bentuk populernya, Lingkaran Wina/Positivisme Logis biasa diungkapkan ke dalam sebuah prinsip yng disebut prinsip verifikasi, artinya suatu teori harus dapat diverifikasi berdasarkan fakta Empiris.

Pada dekade 40an, Karl Popper mengkritik prinsip verifikasi. menurut Popper apa yang membuat suatu teori menjadi ilmiah bukan karena dia bisa diverifikasi tetapi harus bisa difalsifikasi. Sebuah teori yang tidak bisa dinyatakan kesalahannya, yang kebal dari segala bentuk kesalahan, yang tidak bisa dibuktikan bahwa pernyataan atau teori  itu salah, teori itu menurut Popper tidak ilmiah. kritik terhadap Positivisme Logis lainnya diajukan oleh para Filsuf pada dekade 70an dan 80an. misalnya dalam pemikiran yang kemudian berkembang sebagai Realisme Struktural. Positivisme Logis dianggap membatasi klaim keilmuan pada semua gejala teramati sambil tidak menjelaskan akar dari gejala ayng teramati itu. akar dari gejala yang tidak teramati itu adalah suatu yang bersifat Stuktural. suatu yang inheren dalam alam atau dalam kenyataan tanpa selalu muncul dalam penglihatan Empiris kita. Struktur ini bersifat disposisional atau kata lain memotret kecenderungan dari sesuatu. kecenderungan itu tidak selalu harus aktual karena namanya kecenderungan tentu saja bisa laten, bisa inheren tanpa pernah mengaktualisasikan diri, tetapi kecenderungan itu tetap ada. contohnya kecenderungan benda pecah ketika terhantam oleh benda yang lebih keras. Realisme Struktural semacam ini muncul dalam pemikiran filsuf seperti Rom Harre atau Roy Bhaskar. 

Sekitar pertengahan abad 20, muncul tendensi baru dalam filsafat Ilmu pengetahuan. apabila orang seperti Rudolf Carnap mencoba melakukan rekonstruksi logis atas ilmu-ilmu, orang seperti Thomas kuhn misalnya menocba melakukan suatu rekonstruksi historis terhadap ilmu-ilmu. kecenderungan baru ini mewujud dalam pemikiran orang seperti Kuhn ini yaitu usaha untuk membaca kembali sejarah ilmu untuk melihat pergeseran yang terjadi. Kuhn memilah antara Sains normal dan Sains revolusioner. Sains normal adalah kondisi Sains ketika segala sesuatunya dianggap sudah mapan, sudah menjadi arus utama. teori-teori dianggap sudah berlaku untuk domain kenyataan yang mau diperiksanya, berbagai macam hukum dinyatakan berlaku dst. yang terjadi dalam Sains normal adalah konsolidasi lanjut dari kemapanan itu, misalnya dengan penerapan teori dan pembuktian bahwa teori itu bisa diberlakukan untuk kenyataan yang berlalu untuk gejala yang lebih luar.

Sains revolusioner adalah Sains dalam kondisi ketika masih dalam mencari bentuk yaitu ada sesuatu atau anomali yang tidak terjelaskan oleh Sains normal yang kemudian menghasilkan hipotesis baru yang pada akhirnya mendorong agenda penelitian baru, teori baru, hukum-hukum baru dst. kondisi revolusioner Sains ini pada akhirnya akan menjadi mapan perlahan-lahan dan kemudian kembali menjadi Sains normal yang baru. kajian yang sifatnya sejarah pemikiran atas Ilmu pengetahuan ini juga dilakukan oleh Imre Lakatos. berkaitan dengan pendekatan sejarah ilmu itu, berkembang pula suat pendekatan Sosiologi ilmu atau pendekatan yang melihat ilmu lebih dari segi praktek sosial. pendekatan yang berkembang sekitar dekade 80an kemudian mengerucut pada suatu posisi yang disebut sebagai anti Realisme. anti Realisme adalah pandangan bahwa klaim ilmu tentang kenyataan bukanlah sebetulnya tentang kenyataan tetapi klaim yang sifatnya sosiologis semata yang menunjukkan kepercayaan dari komunitas ilmuwan. pandangan ini misalnya dirumuskan oleh seorang filsuf ilmu pengetahuan bernama Bruno Latour dari Prancis. 

Pengetahuan adalah informasi terstruktur oleh penjelasan.

No comments:

Post a Comment

Revolusi Harapan

Erich Fromm menulis buku ini dengan intensi untuk menemukan solusi atas keadaan Amerika Serikat sekitar tahun 1968.  Solusi yang dia maksudk...