Sunday, June 21, 2020

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PROSPEK INDO PASIFIK,
SENTRALITAS ASEAN DAN PERAN INDONESIA  
DALAM PERKEMBANGAN INDO PASIFIK

A. Pendahuluan
Indo Pasifik adalah kawasan yang terbentang sepanjang Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indo Pasifik menjadi terminologi baru dalam geopolitik dan geostrategis global sejak diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada Quadrilateral Security Dialogue (forum dialog yang beranggotakan Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan India) tahun 2007. kawasan ini menjadi episentrum perebutan kekuasaan oleh negara-negara besar di dunia. kenyataan yang lumrah jika Indo Pasifik menjadi area geopolitik dan geostrategis yang paling mewah saat ini karena kawasan tersebut menjadi lahan paling basah dalam perekonomian dunia, diperkirakan GDP di kawasan Indo Pasifik mencapai 52 triliun dolar US.

Salah satu bukti bahwa negara-negara besar di dunia menaruh perhatian besar pada Indo Pasifik adalah perebutan pengaruh melalui serangkaian kebijakan di kawasan tersebut. Amerika Serikat merilis kebijakan ”Free and Open Indo Pasific (FOIP).” Sebuah kebijakan yang secara formal bertujuan untuk memajukan demokrasi di kawasan ini namun pada intinya bahwa kebijakan tersebut dibuat untuk menghadapi Tiongkok yang semakin menancapkan pengaruhnya di kawasan Indo Pasifik. Tiongkok sebelumnya sudah mendominasi kawasan Indo Pasifik dengan bantuannya melalui Belt and Road initiative (BRI) yang mencapai nilai  US$1 triliun. Sebuah angka fantastis yang membuktikan keseriusan Tiongkok dalam mengakses Indo Pasifik sebagai lahan kekuasaannya.

Bencana Pandemi Covid-19 yang muncul sejak akhir tahun 2019, berpengaruh sangat signifikan terhadap stabilitas geopolitik di kawasan Indo Pasifik. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat dan Tiongkok menaruh perhatian lebih pada kawasan ini dengan bersaing dalam memberikan bantuan dalam penanganan wabah Covid 19, bahkan dikhawatirkan bahwa kawasan Indo Pasifik akan menjadi area yang paling merasakan persaingan hegemoni antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Kedua negara tersebut tidak berhenti saling bersaing di Indo Pasifik untuk mengukuhkan hegemoni mereka. Beberapa prediksi menyatakan bahwa Indo Pasifik akan menjadi arena baru dalam babak perang dingin antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Diskursus tentang Indo Pasifik tidak bisa dilepaskan dari keterkaitan dengan Asean sebagai kawasan yang tepat berada di tengah Indo Pasifik. Jika terjadi konflik di kawasan ini, maka Asean menjadi kawasan yang terkena dampak paling besar. Berangkat dari hal tersebut, Asean yang dalam proses pembentukannya pada 8 Agustus 1967, di mana saat itu masih berlangsung perang dingin dan Asean mampu tetap bersikap netral pada saat itu, maka di situasi sekarang, Asean juga diharapkan mampu mempertahankan sikap netralitas dalam posisi sentralitasnya di kawasan Indo Pasifik. Indonesia sebagai Leader dalam Asean harus mampu menjadi inisiator dalam menggerakkan Asean menjaga stabilitas geopolitik di Indo Pasifik.

B. Kerangka Konseptual
Dalam menganalisa Sentralitas Asean dan Peran Indonesia di Indo Pasifik dalam kaitannya dengan dampak Covid 19 yang menyebabkan perubahan Geopolitik di kawasan akibat persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, maka akan digunakan teori Balance of power dan Regionalisme. Balance of Power sebagai sebuah grand teori dalam hubungan Internasional dimaksudkan untuk menganalisa persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam perebutan hegemoni di Indo Pasifik saat dan pasca pandemi Covid 19 sedangkan teori Regionalisme digunakan sebagai bahan analisa untuk melihat sentralitas Asean dalam menyikapi dinamika geopolitik di Indo Pasifik akibat pandemi Covid 19. Meskipun teori ini merupakan salah satu teori klasik yang marak digunakan pada saat perang dingin, namun bangkitnya Tiongkok mengimbangi kekuatan Amerika Serikat di tatanan politik Global menjadikan teori ini kembali relevan.

Balance of Power adalah sebuah konsep yang sangat populer pada masa perang dingin ketika dunia dikuasai oleh kekuatan Bipolar yaitu Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Paradigma Realisme meyakini bahwa untuk menciptakan dunia yang damai maka diperlukan kedua negara beserta aliansinya dalam perimbangan kekuatan sehingga tidak ada salah satu diantara mereka yang benar-benar menyerang secara terbuka. jika salah satu phak menjadi lebih besar dari pihak yang lain maka pihak yang lebih kuat akan dengan leluasa melakukan tindakan yang menguntungkan pihaknya bahkan sampai pada penyerangan. Balance of Power pada intinya dimaksudkan untuk tetap menjaga kondisi aman dari perang karena adanya dua kekuatan yang sama kuat dan tidak saling menyerang karena mereka sadar bahwa jika menyerang maka kemungkinan kalah sangat besar.

Konsep Regionalisme sendiri masih menjadi perdebatan pada tataran karakteristik terbentuknya, namun demikian menurut Edward D. Mansfield1 dan Helen V bahwa ada dua jenis Regionalisme yaitu Regionalisme berdasarkan geografis yaitu adanya kerjasama diantara negara-negara yang berdekatan secara geografis dan yang kedua adalah Regionalisme berdasarkan non-geografis, peningkatan level ekonomi dan aktivitas negara di antara negara yang tidak berdekatan secara geografis.

Secara sederhana, konsep Regionalisme bisa dimaknai sebagai hubungan negara-negara yang terlembaga dengan baik dalam satu kawasan tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Aspek dalam kerjasama regionalisme sangat luas mencakup bidang politik, ekonomi, sosia, budaya bahkan semua ruang lingkup kehidupan bernegara.

C. Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Prospek Indo Pasifik
Pandemi Covid-19 yang muncul akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok membuat tatanan global berubah secara drastis. Tiongkok menjadi negara yang paling awal mengalami dampak yang signifikan karena wabah tersebut berasal dari salah satu provinsi di Tiongkok dan diprediksi Tiongkok akan mengalami keterpurukan akibat wabah Covid-19, namun seiring berjalanannya waktu yang hanya berlangsung sekitar 5 bulan, Tiongkok mampu mengatasi wabah tersebut di saat negara-negara di dunia baru terjangkit. Ketika episentrum Covid-19 berada di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, Tiongkok sudah berhasil keluar dari kondisi krisis akibat wabah Covid 19 dan mulai bergerak mengarahkan bantuan ke negara-negara yang terkena dampak wabah Covid 19.

Indo Pasifik sebagai kawasan yang sangat luas, membentang dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik menjadi salah satu kawasan yang terdampak pandemi Covid 19. Dampak wabah Covid 19 menjadi celah bagi persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan Indo Pasifik menjadi terbuka karena kawasan tersebut membutuhkan bantuan yang sangat besar dalam proses penanganan saat pandemi Covid 19 dan pemulihan pada suatu saat pandemi Covid 19 berlalu. Persaingan kedua kekuatan baru dunia ini akan semakin mengubah Geopolitik di kawasan Indo Pasifik yang memang menjadi primadona kawasan paling diperebutkan oleh kedua negara sebelum pandemi Covid 19. 

Tiongkok yang sudah melewati masa krisis selangkah lebih maju dari Amerika Serikat yang masih bergulat dengan urusan domestik dalam penanganan Covid 19. Namun demikian, Amerika Serikat bukan aktor baru dalam dunia Internasional, negara ini sudah melewati beberapa kali dinamika tatanan global dan menjadi aktor tunggal negara adidaya pasca perang dingin, sehingga meskipun masih dalam masa pandemi Covid 19, Amerika Serikat tetap meningkatkan tekanan militernya terhadap Tiongkok. Pesawat pengebom Amerika Serikat tetap melakukan aktivitas di kawasan Indo Pasifik bahkan pihak Pentagon menyatakan bahwa wabah Covid 19 sama sekali tidak merusak kemampuan Amerika Serikat untuk merespon tindak Tiongkok. 

Persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok jika dilihat dari paradigm Realisme dengan menggunakan konsep Balance of Power bahwa jika menginginkan kawasan Indo Pasifik tetap aman dari arena perang terbuka, maka kedua negara tersebut harus tetap dalam kondisi kekuatan yang sama, baik kekuatan militer maupun kekuatan ekonomi karena jika salah satu dari kedua negara tersebut menjadi lebih kuat, maka akan terjadi serangan terbuka dari pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.

D. Sentralitas Asean terhadap Indo Pasifik dan Peran Indonesia dalam Perkembangan Indo Pasifik
Asean sebagai sebuah organisasi kawasan yang tepat berada di tengah Indo Pasifik, menjadi pihak yang terdampak jika terjadi ketegangan di Indo Pasifik. Di masa krisis seperti ini, netralitas Asean akan diuji kembali dengan tatatan politik dunia yang hampir mirip pada saat perang dingin. Pada saat perang dingin dalam suasana persaingan hegemoni kekuatan Bipolar saat itu, Asean mampu melewati dengan tetap menjaga netralitas tanpa berpihak kepada salah satu pihak. Tatanan dunia global saat ini menampakkan tanda-tanda yang sama bahwa dunia kembali akan terjebak dalam sebuah tatanan dunia yang dikuasai oleh kekuatan Bipolar dengan aktor yang berbeda, kali ini Amerika Serikat vis-à-vis dengan Tiongkok. Asean memiliki tantangan yang berlipat karena Asean tepat berada di dalam sentral kawasan Indo Pasifik yang notabene menjadi area paling diperebutkan oleh kedua negara tersebut. Setiap dampak dari perubahan Geopolitik di Indo Pasifik serta merta menjadi masalah tersendiri bagi Asean. 

Indonesia sebagai Leader di Asean harus menggunakan peranannya untuk mengarahkan Asean menjadi lebih netral dalam menyikapi persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin meningkat di kawasan Indo Pasifik. Konsep Politik Luar Negeri Indonesia bebas aktif bisa menjadi sebuah alat untuk mengarahkan Asean menjadi lebih tepat dalam mengambil keputusan dalam menyikapi situasi geopolitik yang sedang berkembang di Indo Pasifik. Konsep politik luar negeri Indonesia dalam tataran Asean bisa diartikan bahwa Asean bebas dalam menentukan sikap tanpa dipengaruhi oleh salah satu pihak yang sedang berkonflik sedangkan aktif bisa dimaknai bahwa Asean aktif berinisiatif dalam mencari solusi atas krisis yang terjadi sehingga pihak yang berkonflik mampu menerima solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. 

Indonesia mewujudkan hal tersebut dalam mempelopori kerjasama multilaterisme kawasan Indo Pasifik yang berbasiskan sentralitas Asean. Indonesia menginternalisasi kebijakan Politik Luar Negeri bebas aktif melalui Asean Outlook on Indo-Pasific (AOIP) yang dihasilkan dari pada KTT Asean ke-34 di Bangkok tanggal 20-23 Juni 2019. Indonesia melalui kesepatakan AOIP berusaha mendorong Asean agar saling berangkulan dalam menginisiasi stabilitas geopolitik di kawasan Indo Pasifik, menekankan prinsip inklusivitas, transparansi, Sentralitas Asean, menghormati hukum internasional dan mengedepankan kerjasama dan dialog dalam pengembangan kerjasama Indo Pasifik (cnbcindonesia.com, 2019), meskipun pada akhirnya bahwa Tiongkok tidak menyetujui AOIP karena hegemoninya sudah mulai menguat di kawasan Indo Pasifik dengan begitu banyaknya gelontoran bantuan yang dikucurkan kepada Indo Pasifik melalui BRI.

E. Kesimpulan
Pandemi Covid 19 sangat berdampak pada perekonomian kawasaan indo pasifik saat masa pandemic dan terganggunya prospek kawasan ini di masa mendatang, . Hal tersebut tentunya membuka kesempatan yang lebih besar bagi Tiongkok dan Amerika Serikat untuk memberikan bantuan kepada Indo pasifik dalam hal penanganan selama pandemi Covid 19 dan bantuan pemulihan pasca pandemi Covid 19. Bantuan tersebut tentunya diartikan sebagai sebuah usaha persaingan antara kedua negara dalam mengukuhkan hegemoninya di kawasan Indo Pasifik. Tiongkok dengan program BRI mengucurkan bantuan yang tidak sedikit untuk mendapatkan pengaruhnya begitupun Amerika Serikat melalui kebijakan Free and Open Indo Pasific (FOIP). Semua kebijakan yang berujung pada sebuah usaha untuk menarik semua potensi yang ada di Indo Pasifik ke dalam pengaruhnya.

Tensi persaingan yang semakin meninggi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok mempengaruhi secara langsung Asean yang tepat berada di sentral kawasan Indo Pasifik. Atas hal tersebut, Asean yang dimotori oleh Indonesia membentuk sebuah konsep Asean Outlook on Indo Pasifik (AOIP) dengan tujuan mendorong semua pihak untuk menjaga kestabilan geopolitik Indo Pasifik.

21 6 20

No comments:

Post a Comment

Revolusi Harapan

Erich Fromm menulis buku ini dengan intensi untuk menemukan solusi atas keadaan Amerika Serikat sekitar tahun 1968.  Solusi yang dia maksudk...